Pentingnya Geomorfologi dan Ruang Lingkup Geomorfologi



Geomorfologi sejak awal abad 19 telah di kenal dinegara-negara berkembang, dan sebagai disiplin akademik kira-kira tumbuh tahun 1890-1930 (Bloom, 1969) yang dasar-dasarnya telah muncul sebelum abad ke 17. Perkembangan yang pesat dari geomorfologi terjadi pada awal abad ke 20 dinegara-negara berkembang, sedangkan di Indonesia geomorfologi baru dikenal pada awal abad ke 20. Pada awal perkembanganya geomorfologi lebih bersifat akademik, sebagai ilmu pendukung dalam geografi dan geologi tetapi dalm dasawarsa terakhir ini geomorfologi mulai dirasakan arti pentingnya dalam pembangunan maupun dalam pengelolahaan lingkungan hidup. Seperti yang dikemukakan oleh Tricart (1986) Penduduk dunia pada akhir abad ini diperkirakan 6 miliyar dan dua pertiganya mengalami kekurangan gizi. Surplus bahan makanan didunia tidak nyata, yang terjadi adalah agihan bahan makanan tidak merata. Target pembangunan dunia pada umumnya adalah mencakup kebutuhan hidup bagi penduduk yang berjumlah 6 miliyar tersebut. Target pembangunan tersebut mengalami banyak hambatan, antara lain ada kecenderungan lahan yang produktif semakin menurun akibat kerusakan alami maupun oleh tindakan manusia. Ribuan hektar lahan subur  menjadi lahan tidak produktif sebagai daerah urban kawasa industri. Bersamaan dengan itu daerah erosif juga bertambah, secara paralel sumber air juga  mengalami degradasi. Akibatnya sedimentasi  yang cepat diwaduk/sungai, agradasi dilahan basah dan eustraria, yang kesemuanya itu akan menurunkan produktifitas lahan.dimasa depan sehingga dibutuhkan  konservasi lahan dan air beserta rehabilitasinya. Dalam kaitannya dengan kondisi dan kegiatan tersebut geomorfologi sangat besar arti pentingnya.
Everet (1986) mengemukakan arti penting geomorfologi dalam pengelolaan lingkungan  adalah proteksi lingkungan terhadap pencemaran lingkungan. Yang diperkirakan akan semakin bertambah sebsgai akibat naiknya kebutuhan sosial ekonomi, yang menyebabkan intensitas penggunaan lahan semakin meningkat. Peningkatan intensitas penggunaan lahan tersebut perlu dimbangi dengan tindakan proteksi terhadap lingkungannya. Perencanaan proteksi terhadap lingkungan memerlukan data tentang proses dipermukaan dan dekat permukaan bumi serta yang terdapat diatmosfer, litosfer, dan hidrosfer. Dimana unsur-unsurnya saling terkait membentuk suatu sistem yang alami.
Geomorfologi yang mempelajari bentuk lahan dan proses memiliki kontribusi untuk pengelolaan lingkungan. Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan sosial ekonomi seperti limbah mineral, energi, industri, perdagangan, tempat tinggal dan rekreasi jumlahnya semakin meningkat, sehingga memerlukan tempat pembuangan dan proses pengolahan limbah. Seberapa jauh  pengaruh limbah terhadap lingkungan alami dapat dikaji dari proses geomorfologi. Atas dasar pendapat Tricart (1986) dan Evert (1980) tersebut dapat memberikan gambaran bahwa geomorfoligi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai arti dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan. Pemahaman terhadap arti penting terapan geomorfologi perlu didasari oleh arti, ruang lingkup dan konsep dasar geomorfologi yang memadai, Point ati, ruang lingkup dan konsep geomorfologi tersebut akan dikemukakan  dalam bagian  berikut ini.

Batasan Geomorfologi

Geomorfologi berasal dari kata Yunani (Greek). Ge berarti bumi; morphe  berarti bentuk,  dan logos berarti uraian. Arti filologis geomorfologi adalah uraian tentang bentuk bumi (Kardono Darmoyuwono), 1972; Chorley et al, 1984), dalam Sutikno, Suprapto, 1997. Arti fisiologis geomorfologi tersebut menunjukkan bahwa objek material dari gemorfologi adalah bentuk bumi, tetapi bukan bentuk bumi secara keseluruhan geometric dari permukaan bumi. (Chorley, 1984).  Meskipun sasaran (obyek ) yang dikaji geomorfologi itu adalah bentuk muka bumi, tetapi penekanan kajiannya menunjukkan  perubahan dari waktu ke waktu. Hal tersebut diketahui dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh penulis-penulis terdahulu seperti Lobeck (1939), Small (1968). Cooke et al (1974), Van Zuidan (1979), dan Verstappen (1983), seperti tersebut dibawah ini .
  1. Geomorfologi adalah studi bentuk lahan ( Lobeck, 1939)
  2. Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan tentang bentuk lahan (Thornbury ,1954)
  3. Geomorfologi adalah studi evolusi bentuk lahan, terutama yang dihasilkan oleh erosi (Small, 1968)
  4. Geomorfologi adalah studi bentuk laham, terutama mengenai sifat/watak alamianya, asal mula (genesis), proses pekembangan dan komposisi materialnya (Cooke et  al, 1974)
  5. Geomorfologi adalah studi yang menguraikan bentuklahan dan proses menurut tantanan keruangannya (Van Zuidam, et al, 1979)
  6. Geomorfologi  dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang bentuk lahan, permukaan muka bumi, baik di atas maupun dibawah permukaan air laut, yang menekankan pada genesis dan perkembangannya di masa datang ( Sutikno, Suparapto, 1997).
Atas dasar definisi tersebut diatas jelas bahwa obyek kajian geomorfologi adalah kajian bentuk lahan. Bentuk lahan yang menjadi pusat perhatian kajian geomorfologi adalah watak (sifat) alaminya, proses geomorfik, genesis (asal mula), material penyusun, kronologi, konteksnya dengan lingkungan dan aspek keruangannya. Pada awal perkembangannya yang menjadi pusat  kajian adalah  terbatas pada bentuk lahan didaratan saja.  Munculnya definisi geomorfologi ang dikemukakan oleh Varsteappen (1983) maka obyek kajian geomorfologi merambah kedasar  perairan  laut (lautan). Hal tersebut  diperkuat oleh Chorley (1984) yang menyebutkan bahwa obyek kajian geomorfologi tidak terbatas pada bentuk lahan dikontinen dan tepian saja.  tetapi termasuk juga morfologi dasar laut.

Bentuk Lahan dan Bentang Lahan (Landform and Landscape)

Bentuk lahan yang menjadi sasaran utama dalam geomorfologi perlu batasan yang menjadi sasaran utama dalma geomorfologi perlu batasan yang jelas. Howard dan Spok (1940, dalam Fairbridge, 1970) Sutikno, Suprapto, 1997. Memberikan definisi bentuk lahan: setiap unsur bentang lahan  yang dicirikan oleh ekspresi permukaan yang jelas , struktur internal, atau kedua – duanya dan menjadi  pembeda dalam menyususn deskripsi fisiografi suatu daerah. Secara sederhana Tuttle (1970) Sutikno, Suprapto, 1997 menyebutkan bahwa bentuk lahan adalah kenampakan individual yang terlihat dipermukaan bumi, dan kombinasi kenampakan tesebut disebut  bentang lahan (Landscapes). Contoh sederahan dari bentuk lahan adalah bukit, lembah, gunung api, sedangkan contoh dari bentang lahan adalah seperti :  bukit dengan variasi lereng dan lembah. Way (1973) memberikan batasan tentang bentuk lahan lebih komprehensif, yaitu: bentuk lahan adalah kenampakan medan tersebut terjadi, misalnya beting gisik (beach reidge) yang terdapat di Glagah ( Kulon Progo) akan mirip (dengan  julat tertentu ) dengan beting gisik yang terjadi di Kroya, Kebumen, Jawa Tengah.

Medan (Terrain) dan Lahan (Land)

Batasan bentuk lahan yang dikemukakan oleh Way (1973) tersebut masih terdapat satu istilah yang memerlukan penjelasan yaitu medan (terrain). Medan adalah sebidang lahan yang dicirikan oleh kompleksitas atribut fisik dari permukaan dan dekat permukaan (Van Zuidam, 1979). Balasan medan tersebut masih mengandung kata yang perlu penjelasan, yaitu lahan. Lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi dengan semua atribut yang agak stabil atau diperkirakan siklik dari geosfer, yang secara vertical meliputi atmosfer, tanah, geologi, geomorfologi, hidrologi, tumbuhan dan hewan dan hasil aktivitas manusia masa lalu dan sekarang; yang selanjutnya atribut tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap penggunaan lahan saat sekarang dan masa yang akan dating (FAO, 1979). Berdasarkan pada batasan bentuk lahan yang seterusnya diikuti penjelasan medan dan lahan maka dapat dinyatakan bahwa istilah bentuk lahan itu terbatas pada kenampakan yang ada didaratan saja. Padahal obyek kajian geomorfologi itu tidak hanya terbatas pada daratan, tetapi juga pada dasar laut (lautan). Oleh sebab itu perlu suatu definisi geromorfologi yang dapat mencakup obyek kajian didaratan dan tepiannya serta dasar laut (lautan) serta mencakup semua aspek geromorfologi. Yang jelas istilah bentuk lahan itu berlaku pada kenampakan di daratan saja, sedangkan kenampakan yang  terdapat di dasar laut disebut bentuk dasar laut. Atas dasar obyek kajian geomorfologi dan memperhatikan enam definisi geomorfologi sebagai berikut:
“Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bentuk lahan dan bentuk dasar laut(an)  yang menekankan pada watas/sifat alami, proses perkmbangan, genesis (asal-mula), komposisi material, kronologi hubungan anatara bentuk lahan dan/ atau bentuk dasar lautan dengan proses geomorfik, dalam aspek spasial serta koneksnya dengan lingkungan."
Apabila diperhatikan dari definisi geomorfologi tersebut diatas dan kenyataan dalam praktek sehari-hari sehingga kini, sasaran kajian geomorfologi lebih banyak pada bentuk lahan, sedangkan bentuk dasar laut baru dalam taraf perintisan. Memang dapat dimegerti mengapa studi bentuk dasar laut baru mulai berkembang, karena prasarana pada masa lalu masih kurang mendukung. Pekermbangan ilmu geofisika dan oseanografi yang pesat memungkinkan untuk mengkaji konfigurasi bentuk dasar laut. Kemajuan teknologi dan transprtasi laut memungkinkan untuk mempelajari karakterisik dasar laut. Ilmu pengetahuan itu selalu berkembang, biak metode maupun obyek kajiannya, demikian juga halnya dengan geomorfologi. Salah satu pendorong bagi perkembangan ilmu pengentahuan adalah manfaat dari ilmu pengetahuan tersebut bagi kehidupan manusia. Sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk dunia yang cepat, maka perlu penambahan sumberdaya untuk mengimbangi kebutuhannya, sumberdaya alam didaratan bagi beberapa daerah telah begitu intensif dimanfaatkan sehingga telah menimbulkan degradasi lahan didaratan. Sumber daya kelautan kiranya dapa menjadi alternatif pemecahannya. Geomorfologi yang juga mempelajari bentuk dasar laut(an) dengan segala karakteristik fisik diharapkan dapat memberikan informasi penting yang dapat dijadikan dasar perencanaan dan pengembangan sumberdaya kelautan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk Lahan Organik

Bentuk Lahan Solusional (Karst)

Bentuk Lahan Aeolian