Bentuk Lahan Marine

 

Indonesia merupakan Negara yang memiliki garis pantai sangat panjag dengan total lebih dari 60.000 km, mengelilingi 15.700 pulau (Soegiarto dalam Bird, 1980). Pengaruh proses berpengaruh sangat aktif pada daerah pesisir sepanjang pantai tersbut,bahkan ada diantaranya yang sampai puluhan kilometer masuk kepedalam. Selain itu berbagai proses yang lain seperti proses tektonik masa lampau, erupsi gunung api, perubahan muka air laut, sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi medan pesisir beserta karakteristik lahannya. Pada sebagian Indonesia khususnya dipesisir selatan Jawa Tengah proses marin ini. Berkombinasi dengan proses angin (Aeolian). Medan yang terbentuk dari kondisi ini mempunyai sifat lahan yang karakteristik. Daerah pesisir merupakan daerah pantai dan sekitarnya yang masih terkena pengaruh langsung dari aktifitas marin. Berdasarkan morfologinya, daerah pesisir dapat dikelompokkan kedalam 4 macam:

  • Pesisir bertebing terjal (cliff)
  • Pesisir bergisik (sand beach)
  • Pesisir berawa payau ( swanpy beach)
  • Terumbu karang

Pesisir bertebing terjal (cliff)


Pesisir bertebing terjal didaerah tropic basah seperti Indonesia pada umumnya menunjukkankenampakan yang mirip dengan lereng dan lembah pengikisan didaerah pedalam. Sebatas daerah diats ombak, lahan umumnya tertutup oleh fegetasi, sedangkan sebagian dibawahnya umumnya berupa singkapan bagian tebing ini sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti :

  1. Tebing (cliff)
  2. Tebing bergantung (nocctr)
  3. Rataan bergelombang pasang surut (platform)
Pada daerah pesisir bertebing terjal, pantai biasanya berbatu ( rocky beach)  berkelok-kelok, degaan banyak terdapat gerak massa batuan ( mass movement type rockfall) proses ini menjadikan tebing bergerak mundur (slope reatreat) khususnya  pada pantai yang proses abrasinya aktif. Apabila batuan lain yang banyak memiliki retakan (joints) air didaerah pedalaman mengalir melalui sistem retakan tersebut dan muncul didaerah pesisir. Adakalahnya tempat munculnya air tawar justru berada dibawah muka air laut. Di Indonesia, pesisir bertebing terjadi terutama disepenjang pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, pantai Pulau Sulawesi dan pantai selatan pulau-pulau di Nusa Tenggara.

Pesisir bergisik (sand beach)


Endapan pasir yang berada didaerah pantai pada umumnya memiliki lereng landai. Kebanyakan pesisir berasal dari daerah pedalaman yang terangkut oleh sungai-sungai kemudian dibawah arus lalu sepanjang pantai, dan selanjutnya dihempaskan gelombang ke barat. Oleh karena material asalnya dari sungai, maka gisik atau pantai berpasir dapat dijumpai disekitar muara sungai. Sesuai denagn tenaga pengangkutnya maka ukuran butir akan lebih kasar didekat muara sungai dan berangsur-angsur semakin halus, semakin menjauhi muara sungai. Pasir yang berasal dari bahan vulkanik pada umumnya berwarna gelap (hitam atau kelabu) sedangkan yang berasal dari koral atau batu gamping berwarna kuning atau putih. Pantai bepasir kwarsa juga berwarna cerah, tetapi tidak banyak di jumpai di Indonesia (misalya pantai utara sepanjang Tuban, Jawa Timur).
Daerah bagian belakang dari pesisir bergisik kebanyakan memiliki benting (“ridges”=gundukan memanjang) yang umumnya terdiri dari beberapa jalur kiri ini menadakan daerah pantai yang tumbuh dan garis pantainya relatif lurus. Oleh karena  material penyusunnya terutama pasir, daerah pasir bergisik bersifat porus, tidak subur dan kebanyakan berair asin. Hanya jenis tumbuhan tertentu saja yang dapat tumbuh pada lingkungan semacam ini. yaitu jenis Casuarina, Pandan, Calophyllum, Inophyllum dan Barringtonia. Jenis tumbuhna ini berakar panjang dan tahan kering.

Pesisir berawa payau (swampy beach)


Rawa payau juga mencirikan daerah pesisir yang tumbuh (accretion). Proses sidementasi merupak penyebab bertambahnya daratan pada lahan ini. Material penyusun umumnya berbutir halus dan medan ini berkembang pada lokasi yang gelombangnya kecil atau terhalang, pada pantai yang relative dangkal. Mean ini sangat datar dan tergenang pada saat air laut pasang. Karena airnya payau atau asin daerah semacam ini terbatas kemungkinan pengembangannya. Hanya jenis-jenis tumbuhan dan hewan tertentu dapat yang dapat hidup. Selain itu material penyusunnya yang terutama dari bahan halus, lembek, dan drainase jelek, daya dukungan tanah terhadap beban (bangunan dll) juga rendah. Drainase jelek menjadikan pembuangan lembah tidak lancer dan terdapat genangan dimana-mana.
Pada umumnya rawa payau ditumbuhi bakau (mangrove) dari berbagai jenis, tetapi ada pula yang diusahakan dengan pembuatan tembak (kolam) untuk pemeriharaan ikan, khususnya jenis bandeng dan udang. Tumbuhan bakau pad rawa payau dapat memecahkan gelombang dan menghalangi pengikisan dan pantainya mengalami akresi (tunbuh). Peranan bakau didalam  merangsang pertumbuhan pantai terbukti jelas, jika bakaunya hilang atau mati ditebang habis. Jika hal ini terjadi maka proses yang berlangsung selanjutnya adalah yang sebaliknya.
Pada pantai yang mengalami akresi, umumnya terdapat urutan (sequence) tumbuhan ada yaitu bakau dipaling depan, dibelakangnya nipah, tumbuhan rawa air tawar atau lahan basah. Batas teratas dari bakau adalah setinggi permukaan air pasang maksimum. Permukaan  air pasang tinggi terjadi pada saat pasang  purnama dan atau pasang perbani. Pasang purnama terjadi  pada saat bulan purnama, sedangkan pasang perbani adalah pada saat habis bulan. Kombinasi gaya tarik bulan dan matahari menyebabkan proses ini.

Terumbu Karang


Terumbu karang terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal cukup luas di laut-laut Indonesia terutama di laut flores dan laut banda. Menurut Bird dan Ongko Songo, (1980) karang dapat bertumbuh dan berkembang baik pada kondisi :
  1. Air jernih
  2. Suhu tidak pernah kurang dari 18 derajat celcius
  3. Kadar garam antara 27-38 bagaian per seribu (ppm)
  4. Arus laut tidak deras.
Dengan demikian disebagian laur di Indonesia karang dapat tumbuh dengan baik kecuali di laut dangkal yang berlumpur seperti dekat muara sungai (kadar garam rendah dan berlumpur), daerah sebelah barat dan selatan Kalimantan, dan daerah sebelah tersebut misalnya di teluk Jakarta terdapat pula karang secara lokal. Proses tektonik sering berpengaruh pula terhadap perumbuhan terumbu karang. Cincin karang (atol) adalah merupakan hasil kombinasi proses aktivitas binatang karang dengan proses tektonik yang berupa subsidence (tanah terban).
Terumbu karang yang muncul ke permukaan banyak terdapat di Indonesia. Pada pulau-pulai karang yang terangkat umumnya terdapat endapan puing-puing dan pasir koral dilepas pantainya. Ukuran butir puing dan pasir lebih kasae kearah datangnya ombak/ gelombang yang lebih besar dan pasir atau lebih halus kearah membelakangi ombak/gelombang. Bagian ini kadang-kadang berselang-seling dengan lagun yang dangkal yang kadang ditumbuhi bakau.
Berbagai proses yang berlangsung didaerah pesisir, yang tenaganya berasal dari gelombang, ombak, arus, pasang surut, tenaga tektonik, menurunna permukaan air laut maupun lainnya. Proses ini berpengaruh terhadap medan dan karakteristik medan pesisir, serta mempengaruhi perkembangan wilayah pesisir. Secara garis besar perkembangan pesisir secara alami dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pertambahan daratan dan penyusutan daratan
Valentine di dalam Brid, 1980 menjelaskan perkembangan ini didalam diagram seperti tercantum dibawah ini

Pertumbuhan dan penyusutan persisir akibat pemunculan dasar laut, 
pengendapan, pennggelaman daratan dan erosi (Valentine, 1953)

Bentuk lahan asal proses marin dimaksudkan bentuk lahan yang diakibatkan oleh adanya kegiatan gelombang dan arus laut yang membawa material sedimen laut yang di endapkan pada suatu mintakat yang dipengaruhi oleh gelombang dan arus tersebut. Perbedaan utama kenampakan bentuk lahan ini antara lain pada suatu kondisi apakah pantai berbatu, pantai pengahalang, pantai berpasir, pantai berlumpur atau lagun. Pada mintakat delta, bentukan asal proses marin berhubungan erat dengan bentukan asal  proses fluvial. Pulau karang merupakan bagian  dari proses marin, tetapi dalam berbagai macam pertimbangan dapat dimasukkan kedlam bentuk lahan asal kegiatan organisme. Bentuk lahan asal marin anatara lain:
  • Rataan pasang surut, platform
  • Cliff dan notch
  • Spit, lidah gosong pasir laut
  • Ledok antar beting pasir laut
  • Hamparan lumpur, mudflat
  • Dataran pantai
  • Gisik
  • Benting gisik
  • Tombolo
  • Dataran alluvial pantai
  • Teras marin lagun

Komentar

  1. Indri Anggreani
    20605006
    Bentuk lahan asal proses marin dimaksudkan bentuk lahan yang diakibatkan oleh adanya kegiatan gelombang dan arus laut yang membawa material sedimen laut yang di endapkan pada suatu mintakat yang dipengaruhi oleh gelombang dan arus tersebut. Perbedaan utama kenampakan bentuk lahan ini antara lain pada suatu kondisi apakah pantai berbatu, pantai pengahalang, pantai berpasir, pantai berlumpur atau lagun. Pada mintakat delta, bentukan asal proses marin berhubungan erat dengan bentukan asal proses fluvial. Pulau karang merupakan bagian dari proses marin, tetapi dalam berbagai macam pertimbangan dapat dimasukkan kedlam bentuk lahan asal kegiatan organisme..Bentuk lahan asal marin antara lain: rataan pasang surut,platform,cliffdan notch,spit,lidah gosong pasirlaut,ledok antar beting pasir laut,hamparan lumpur,mudflat,dataran pantai,gisik, benting gisik,tombolo,dataran alluvial pantai, dan teras marin lagum. Pada sebagian Indonesia khususnya dipesisir selatan Jawa Tengah proses marin ini berkombinasi dengan proses angin (Aeolian). Medan yang terbentuk dari kondisi ini mempunyai sifat lahan yang karakteristik. Daerah pesisir merupakan daerah pantai dan sekitarnya yang masih terkena pengaruh langsung dari aktifitas marin. Berdasarkan morfologinya, daerah pesisir dapat dikelompokkan kedalam 4 macam yaitu Pesisir bertebing terjal (cliff),pesisir bergisik (sand beach),pesisir berawa payau ( swanpy beach),dan terumbu karang.

    BalasHapus
  2. Yopiani Telaumbanua/20605005

    Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik pada tebing curam, pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur. Aktivitas marine sering dipengaruhi aktivitas fluvial sehingga sering disebut sebagai fluvio – marine.Pengaruh proses berpengaruh sangat aktif pada daerah pesisir sepanjang pantai tersbut,bahkan ada diantaranya yang sampai puluhan kilometer masuk kepedalam. Selain itu berbagai proses yang lain seperti proses tektonik masa lampau, erupsi gunung api, perubahan muka air laut, sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi medan pesisir beserta karakteristik lahannya.Berdasarkan morfologinya, daerah pesisir dapat dikelompokkan kedalam 4 macam: Pesisir bertebing terjal atau cliff(Pada daerah pesisir bertebing terjal, pantai biasanya berbatu atau rocky beach berkelok-kelok, degaan banyak terdapat gerak massa batuan atau mass movement type rockfall proses ini menjadikan tebing bergerak mundur atau slope reatreat khususnya pada pantai yang proses abrasinya aktif, yang kedua pesisir bergisik atau sand beach(Kebanyakan pesisir berasal dari daerah pedalaman yang terangkut oleh sungai-sungai kemudian dibawah arus lalu sepanjang pantai, dan selanjutnya dihempaskan gelombang ke barat. Oleh karena material asalnya dari sungai, maka gisik atau pantai berpasir dapat dijumpai disekitar muara sungai. Sesuai denagn tenaga pengangkutnya maka ukuran butir akan lebih kasar didekat muara sungai dan berangsur-angsur semakin halus, semakin menjauhi muara sungai),yang ke tiga pesisir rawa payau Atau swanpy beach(Rawa payau juga mencirikan daerah pesisir yang tumbuh (accretion). Proses sidementasi merupak penyebab bertambahnya daratan pada lahan ini. Material penyusun umumnya berbutir halus dan medan ini berkembang pada lokasi yang gelombangnya kecil atau terhalang, pada pantai yang relative dangkal), yang ke empat terumbu karang (Terumbu karang terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal cukup luas di laut-laut Indonesia terutama di laut flores dan laut banda)Bentuk lahan asal proses marin dimaksudkan bentuk lahan yang diakibatkan oleh adanya kegiatan gelombang dan arus laut yang membawa material sedimen laut yang di endapkan pada suatu mintakat yang dipengaruhi oleh gelombang dan arus tersebut.

    BalasHapus
  3. Dewi Meylani Boba
    20605017


    Bentuk lahan asal proses marin dihasilkan oleh aktivitas atau gerakan air laut, baik pada tebing, pantai berpasir, pantai berkarang, maupun pantai berlumpur. Gerakan tersebut meliputi :
    1. Pasang surut
    2. Naik turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit sehingga interval naik turun memerlukan waktu 12 jam 25 menit.
    Berdasarkan morfologinya, daerah pesisir dapat dikelompokkan kedalam 4 macam :
    1. Pesisir bertebing terjal (cliff)
    Pada daerah pesisir bertebing terjal, pantai biasanya berbatu (rocky beach) berkelok-kelok, dengan banyak terdapat gerak massa batuan (mass movement type rockfall) proses ini menjadikan tebing bergerak mundur (slope reatreat) khususnya pada pantai yang proses abrasinya aktif.
    2. Pesisir bergisik (sand beach)
    Daerah bagian belakang dari pesisir bergisik kebanyakan memiliki benting (ridges, gundukan memanjang) yang umumnya terdiri dari beberapa jalur kiri ini menandakan daerah pantai yang tumbuh dan garis pantainya relatif lurus.
    3. Pesisir berawa payau (swanpy beach)
    Pada umumnya rawa payau ditumbuhi bakau (mangrove) dari berbagai jenis, tetapi ada pula yang diusahakan dengan pembuatan tembak (kolam) untuk pemeliharaan ikan, khususnya jenis bandeng dan udang. Pada pantai yang mengalami akresi, umumnya terdapat urutan (sequence) tumbuhan yaitu bakau di paling depan, dibelakangnya nipah, tumbuhan rawa air tawar atau lahan basah.
    4. Terumbu karang
    Terumbu karang terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal cukup luas di laut-laut Indonesia terutama di laut flores dan laut banda. Dengan demikian di sebagian laut di Indonesia karang dapat tumbuh dengan baik kecuali di laut dangkal yang berlumpur seperti dekat muara sungai (kadar garam rendah dan berlumpur), daerah sebelah barat dan selatan kalimantan, dan daerah sebelah tersebut misalnya di teluk Jakarta terdapat pula karang secara lokal.

    BalasHapus
  4. Arnetha Alisia Sarung Allo
    20605001

    Bentuk lahan asal proses marin dimaksudkan bentuk lahan yang diakibatkan oleh adanya kegiatan gelombang dan arus laut yang membawa material sedimen laut yang di endapkan pada suatu mintakat yang dipengaruhi oleh gelombang dan arus tersebut. Perbedaan utama kenampakan bentuk lahan ini antara lain pada suatu kondisi apakah pantai berbatu, pantai pengahalang, pantai berpasir, pantai berlumpur atau lagun. Pada mintakat delta, bentukan asal proses marin berhubungan erat dengan bentukan asal proses fluvial. Pulau karang merupakan bagian dari proses marin, tetapi dalam berbagai macam pertimbangan dapat dimasukkan kedlam bentuk lahan asal kegiatan organisme..Bentuk lahan asal marin antara lain: rataan pasang surut,platform,cliffdan notch,spit,lidah gosong pasirlaut,ledok antar beting pasir laut,hamparan lumpur,mudflat,dataran pantai,gisik, benting gisik,tombolo,dataran alluvial pantai, dan teras marin lagum. Pada sebagian Indonesia khususnya dipesisir selatan Jawa Tengah proses marin ini berkombinasi dengan proses angin (Aeolian). Medan yang terbentuk dari kondisi ini mempunyai sifat lahan yang karakteristik. Daerah pesisir merupakan daerah pantai dan sekitarnya yang masih terkena pengaruh langsung dari aktifitas marin. Berdasarkan morfologinya, daerah pesisir dapat dikelompokkan kedalam 4 macam yaitu
    1.pesisir bertebing terjal (cliff),
    2.pesisir bergisik (sand beach),
    3.pesisir berawa payau ( swanpy beach)
    4.dan terumbu karang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk Lahan Organik

Bentuk Lahan Solusional (Karst)

Bentuk Lahan Fluvial